Unescaped-Me
Pan's Personal Blog
Ide Brilian
Dini hari, saya terbangun di tengah kegelapan. Mmm, ga gelap juga sih karena begitu saya bangun, ruangan kamar terang benderang oleh lampu. Tak ada seorang pun yang bangun, semuanya tidur. Adik saya tidur, kakak saya tidur, orangtua saya tidur. Saya beranjak bangun, pergi ke dapur dan meminum 2 gelas air bening. Lalu duduk di kursi kebesaran, sebuah kursi di depan komputer.

Dengan refleks, mouse di depan saya pegang. Dan dengan sekali gerakan, monitor LED komputer desktop dan layar laptop yang tadinya padam, keduanya langsung nyala. Maklum, komputer desktop dan laptop saya memang nyala terus selama 24 jam setiap harinya. Jadi meski tengah malem saya bangun, komputer dan laptop udah dalam posisi siap langsung dipakai. Keduanya diletakan berdampingan di meja kerja saya dan terhubung dengan 1 keyboard dan 1 mouse yang sama. Oleh karena itulah dengan sekali gerakan mouse, kedua layar monitor komputer dan laptop tersebut nyala hampir bersamaan.

Tangan saya yang barusan memegang mouse selama beberapa saat, langsung kembali ke pangkuan. Saya masih terduduk dengan bungkuk dan posisi kepala yang miring. Monitor, laptop, keyboard, mouse, 1 handphone Nokia yang juga tergeletak di meja, 1 handphone Sony, sabun mandi, sabun muka, tisu, permen, 4 buah gelas/mug LINE, speaker, token BCA, pencukur elektrik, kertas-kertas, plastik, powerbank, USB hub, docking charger, dan benda-benda lainnya yang memenuhi meja kerja, saya pandangi satu persatu secara bergantian. Tapi pikiran saya tak tertuju ke benda-benda tersebut, melainkan memikirkan... tak ada. Nothing. Cuma kedua bola mata saya aja yang bergerak-gerak.

Setelah sekian lama terdiam dalam lamunan, saya bangkit berdiri. Lalu berjalan-jalan. Ga kemana-mana. Hanya bolak-balik di ruang tengah, ke ruang tamu, ke dapur, balik ke ruang tengah, ke dapur lagi, ke ruang tengah, ke ruang tamu, di situ-situ aja. Muter-muter ga karuan sedangkan pikiran masih terjebak dalam kehampaan. Lelah, saya pun duduk di kursi di ruang tamu. Keadaan tak menjadi lebih baik. Di situ hanya termenung dengan tatapan dan pikiran yang kosong. Hingga bunyi perut kruyuk-kruyuk membuyarkan lamunan. Laper. Saya ke dapur untuk mengambil makan berupa sepiring nasi + semacam tempe bacem cabe tapi tempenya dipotong kecil-kecil berbentuk balok + sayur asem.

Selesai makan, saya kembali duduk termenung di ruang tamu melanjutkan lamunan kosong yang sempat terputus karena bunyi perut yang lapar. Waktu menunjukan sekitar pukul 2 pagi dan saya memutuskan untuk pergi tidur lagi. Tapi saya ga bisa tidur meski berbaring dengan mata terpejam. Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba saya mendapati pikiran saya sedang mengandaikan saya tinggal di rumah saya sendiri. Tinggal sendirian. Membayangkan apa-apa aja yang akan saya lakukan seandainya suatu hari tinggal sendiri. Ini, itu, ini, itu. Wusss, pikiran tersebut seketika lenyap. Saya melihat hp di meja, lalu beranjak bangun lalu mengambilnya dan kembali berbaring, kali ini dengan tangan yang menggenggam hp tersebut. Buka hp, lalu hanya liat tampilan homescreennya. Swipe kanan, kiri, kiri, kanan, bolak-balik di 3 homescreennya. Buka list apps-nya dan hanya memandangi icon-icon, lagi-lagi dengan pikiran kosong. Lalu saya browsing-browsing gajes. Entah apa yang saya buka. Hanya memasukan kata-kata kunci aneh di Google. Terakhir, saya buka file manager di hp. Browse file-file yang ada hingga akhirnya mata saya tertuju ke beberapa video keluarga yang dibuat di akhir tahun yang lalu. Saya buka video yang paling terakhir, dibuat pada 1 Desember 2013 lalu. Setelah beberapa saat, saya tutup. Buka lagi yang kedua terakhir, dibuat pada 29 November 2013. Lumayan agak lama saya tonton selama beberapa menit, mungkin sekitar setengah jalan.

Saya lelah. Hp saya matikan, lalu saya taruh. Begitu lelahnya hingga mata terpejam. Tapi ketika saya mulai seakan mau tidur, saya terbangun lagi. Lalu duduk dengan lemas. Bungkuk, kepala masih miring, tanpa memikirkan apa-apa. Untuk kedua kalinya saya beranjak bangun, pergi ke dapur dan meminum 2 gelas air bening. Lalu duduk di kursi kebesaran, sebuah kursi di depan komputer.

Kali ini pikiran saya teringat tentang kejadian kemarin sore. Terjadi permasalahan di sebuah keluarga, yaitu percekcokan antara orangtua dan anak. Pertengkaran mengenai pengelolaan uang. Terdapat uang lebih dari 4 juta setiap bulannya untuk membiayai kehidupan keluarga yang terdiri dari beberapa anak tersebut. Si orangtua tidak bekerja, uang tersebut adalah hasil gaji/kerja dari beberapa orang anaknya. Masalahnya, si orangtua menginginkan uang tersebut diberikan secara langsung sekaligus semuanya ke orangtua untuk dikelola. Sedangkan si anak menginginkan uang tersebut diberikan secara harian. Hanya persoalan sederhana. Simple. Tapi saya ga boleh men-judge. Sesuatu yang simple bagi seseorang, belum tentu simple juga buat orang lain. Malah mungkin merupakan sesuatu yang rumit. Sebaliknya, sesuatu yang mungkin sederhana bagi orang tersebut, malah rumit buat saya.

Kenapa si anak ga menuruti keinginan orangtuanya saja? Ada sebuah histori yang panjang mengenai latar belakang si anak melakukan hal tersebut. Kita bisa menebaknya. Singkatnya, selama ini memang si anak memberikannya setiap bulan tapi (menurut pandangan si anak) orangtuanya tidak bisa mengelola dengan baik. Buktinya uang tersebut habis hanya dalam 1-2 minggu. Fakta bahwa si orangtua sering pergi-pergian ga jelas entah kemana hampir setiap harinya dan meninggalkan rumah dalam kondisi yang tak terurus tanpa makanan, tentunya memperburuk keadaan (dalam hal ini, memperburuk pandangan si anak terhadap orangtuanya). Oleh karena itulah, si anak menginginkan diberikannya per hari saja, supaya uang 4 juta lebih itu bisa mencukupi biaya kehidupan keluarga tersebut selama 1 bulan dan ga habis hanya dalam 1-2 minggu saja. Tapi si orangtua pun punya pandangannya sendiri. Pengelolaan harian seperti itu lebih sulit dijalani karena kadang kebutuhan per hari itu ga tentu. Kadang dalam 1 hari butuh biaya 300 ribu, kadang besoknya cuma habis 100 ribu. Ga tentu.

Kedua pihak sama-sama bersikeras dan ga mau mengalah. Lalu kenapa ga dibikin mingguan saja (uangnya diberikan per minggu)? Hal itu pun sudah dicoba dan hasilnya sama saja. Uangnya habis hanya dalam 4-5 hari saja. "Jatah" mingguan yang harusnya dikelola supaya bisa cukup untuk kebutuhan hidup keluarga tersebut selama 7 hari, malah habis di tengah jalan.

Si anak mengirim banyak pesan lewat Whatsapp ke saya. Penuh dengan curhatan tentunya. Ketika sedang membaca pesan-pesan yang begitu banyak dan panjang tersebut, pikiran saya jadi kosong dalam lamunan. Memandang hp dengan tatapan kosong hingga layarnya mati. Saya sedang duduk di depan komputer, lalu pandangan saya beralih ke benda-benda di meja saya itu. Tentunya masih dalam lamunan. Beberapa waktu kemudian, terbersit satu pemikiran sederhana. Sebuah ide. Saya mengatakan kepadanya, "gimana kalo dibikin biweekly aja?"

Singkat cerita, saya mendapat kesempatan berbicara secara langsung ke si orangtua. Saya sampaikan ide saya untuk membagi uang tersebut supaya diberikan 2x dalam seminggu. Misalnya setiap hari Rabu dan Sabtu, dengan total yang sama yaitu 4 juta lebih setiap bulannya. Surprisingly, ide tersebut diterima dengan baik. Sekitar 1,5 jam kami berbicara tentang hal tersebut. Yang tak kalah mengejutkan, ide tersebut dibilang ide brilian oleh beliau. Hah? :O

Si anak pun setuju. Akhirnya si orangtua dan anak mencapai kesepakatan. Dalam hati, saya heran kenapa gitu aja sampe disebut ide brilian. Padahal sebelumnya pun keluarga tersebut pernah menjalankan uang itu secara mingguan, 1 minggu 1x. Saya hanya menggantinya jadi 1 minggu 2x. Sederhana aja.

Tersadar dari lamunan, saya mendapati diri saya masih duduk di depan komputer. Saya buka situs ini, Unescaped.me. Di halaman depan saya scroll ke bawah hingga mendapati 2 blogpost hasil reblog yaitu Dampak Mengerikan Dibalik Pornografi dan Penemuan Terbaru Mengenai Kanker Hati! Jangan Tidur Terlalu Malam! yang membuat saya langsung merefleksikan diri saya. Saat ini hampir jam 4 pagi dan saya sedang begadang. Berbulan-bulan telah dilewati sejak artikel tersebut dipostkan, tapi saya masih mendapati diri saya masih sering begadang untuk berbagai macam alasan. Kadang karena nyelesaiin proyek, atau secara desperate nyari proyek-proyek baru karena ga dapet-dapet, kadang nonton bola, kadang memang ga bisa tidur seperti saat ini. Saya lihat meja kerja saya. Berantakan dan penuh debu. Lihat lemari, berantakan. Lihat tempat tidur, berantakan. Lihat diri saya, berantakan. Lihat hidup saya, berantakan.

Pemikiran kecil, ide sederhana, malah bisa jadi sesuatu yang besar buat orang lain. Sebuah ide brilian. Dan saya butuh satu lagi untuk diri sendiri. Suatu pemikiran yang sederhana namun menjadi ide brilian. Saya berpikir keras. Tapi apa? Ga nemu. Dan hal ini terasa ga benar. Ide "brilian" saya tersebut muncul ngedadak dan ga sengaja, tidak seperti ini yang dipikirkan secara benar-benar. *sigh* Saya cuma bisa termenung lagi, melamun lagi. Kemudian hanya satu yang terpikir, paling saya cuma bisa melakukan hal-hal sederhana dulu. Saya ga punya ide brilian. Lakukan aja dari hal-hal kecil yang simple, dari sekarang, oleh diri sendiri. Beres-beres meja komputer, bersihin debu, beresin isi lemari dan laci, rapiin tempat tidur, makan teratur, olahraga... mmm... nanti dulu deh, tidur teratur, kerja yang rajin, kurangi begadang, dst.

Hmm, mungkin ini bukan ide buruk. Ngeberesin hal-hal kecil mulai dari saat ini. Misalnya, liat aja debu di laptop saya... yikes!!!

Next
Newer Post
Previous
Older Post